cover
Contact Name
Baskoro Suryo
Contact Email
banindro@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
jurnal.ars@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kab. bantul,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
ARS: Jurnal Seni Rupa Dan Desain
ISSN : 18297412     EISSN : 25807374     DOI : -
Core Subject : Humanities, Art,
ARS merupakan jurnal ilmiah berkala yang ditujukan untuk mempublikasikan karya ilmiah hasil penelitian, pengembangan, dan studi pustaka di bidang seni rupa dan desain. Jurnal ini terbit 3 kali setahun dengan 6 artikel setiap edisi yang jatuh pada bulan Januari - April, Mei - Agustus, September - Desember.
Arjuna Subject : -
Articles 9 Documents
Search results for , issue "Vol 1, No 14: September-Desember 2011" : 9 Documents clear
Grid Sebagai Penerapan Prinsip Kesinambungan Dalam Teori Gestalt Petrus Gogor Bangsa
Ars: Jurnal Seni Rupa dan Desain Vol 1, No 14: September-Desember 2011
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/ars.v1i14.142

Abstract

In layout on the design has its elements, ie: text, visual and invisible. As an invisible element, the grid have a role as carriers of regularity. Grid has a function and characters such as line as in design element. Although not visible, but humans are naturally going to consider it as an element that exists, as the application of the principle of continuity in Gestalt psychology.Keywords: layout elements, grids, Gestalt psychology
Jalan Garis Subroto SM Suwarno Wisetrotomo
Ars: Jurnal Seni Rupa dan Desain Vol 1, No 14: September-Desember 2011
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/ars.v1i14.135

Abstract

Ini sekadar catatan pendek yang bermula dari pengamatan terhadap karya-karya Subroto Sm., berikut percakapan yang menyertainya. Subroto, seorang pelukis dan dosen di Fakultas Seni Rupa, almamater yang memiliki andil besar ‘membentuk’ eksistensinya, adalah sosok yang khas; baik penampilannya, cara berpikirnya, sikapnya, dan jalan keseniannya.
Bercermin - Inspirasi dari Subroto Sm : Kompetensi Dosen Seni Rupa Amir Hamzah
Ars: Jurnal Seni Rupa dan Desain Vol 1, No 14: September-Desember 2011
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/ars.v1i14.139

Abstract

Artistic biggest contribution in filling independence is upholding of art education which finally can round into the higher education fine arts. As high institute of education, Institut Seni Indonesia Yogyakarta which its age have stepped on 27 year, by increasing old age expected by earn really have mirror to more to developing of himself, upgrading and its role. Will be more be good if started with how this institution can esteem the himself. Can leave from problems of celebration of duty post of a lecture, momen esteem the part of himself, for avand garda of art education which have spilled sweat and its science. Now, with the time and situation that of is dissimilar Mister Subroto finally also propose its friends enter a period of pension. Become important to place the himself in an condition which finally one would consider or pay attention to it to be rewarded. Mister Subroto have the meaning is necessary for his colleague in ISI Yogyakarta, what will be at its place institute serve them. Mister Broto also deputize the other pensioner, what of course later have the history of about public road live as the officer and go together the its place institute work.Keywords: mirror, conpetence, appreciation,celebration, pension.
Pendidikan Tinggi Seni Rupa Di Jaman Edan Subroto Sm
Ars: Jurnal Seni Rupa dan Desain Vol 1, No 14: September-Desember 2011
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/ars.v1i14.136

Abstract

Akhir-akhir ini di media massa cetak atau elektronik, hari-hari kita kian disesaki oleh berita-berita dan peristiwa carut marutnya kehidupan sosial-ekonomi-politik-budaya bangsa Indonesia yang membuat  rakyat semakin cemas, geram, dan seolah kehilangan harapan.  Carut marut kehidupan itu demikian beragam dan susul menyusul setiap hari. Namun dari sekian berita-berita buruk itu, yang paling menonjol dan menyesakkan adalah tindak korupsi, kekerasan, dan keserakahan yang dilakukan oleh para pemimpin maupun elit politik mulai dari tingkat atas sampai bawah, baik di kalangan eksekutif, legislatif maupun yudikatif. Kejujuran, kesabaran, sikap sosial dan tenggang rasa, serta kasih sayang antar manusia, terasa menipis dan makin dipinggirkan.  Rakyat pun sering menjadi objek penderita yang menanggung akibatnya. Carut marut dan tindakan tak terpuji itu ternyata telah merasuki segala sektor kehidupan bangsa, termasuk sektor pendidikan, seni, dan budaya. Tidak mengherankan apabila ada orangorang bijak di negeri ini menamakan kondisi sekarang ini sebagai zaman edan. Pendidikan dan kebudayaan adalah sektor-sektor kehidupan yang diharapkan dapat mengatasi berbagai kemelut bangsa dan negara kita dewasa ini. Karena diyakini, pendidikan dan kebudayaan selalu memanusiakan manusia. Masih terngiang ajakan Syafii Maarif yang berkata demikian: “Jika politik gagal, seni harus turun gunung. Gunakan the Power of Beauty!” 2 subroto sm. Judul tulisan ini bertolak dari asumsi dasar bahwa carut marut kehidupan bangsa kita dewasa ini terjadi karena tidak diberdayakannya pendidikan dan kebudayaan dengan baik, benar, dan terarah. Berdasar latar belakang pemikiran di atas, dan berbekal pendidikan dan pengalaman penulis, tulisan ini disusun sebagai materi kuliah umum dalam rangka purna tugas penulis sebagai tenaga pengajar/PNS di Jurusan Seni Murni FSR ISI Yogyakarta. Oleh karenanya isinya dipersempit ke bidang pendidikan tinggi seni rupa, seni rupa murni khususnya, dan dialamatkan khusus kepada mahasiswa dan dosen muda di lingkungan Jurusan Seni Murni FSR ISI Yogyakarta.
sTudi awal TenTanG isTilah dan BenTuk mohammad hadid
Ars: Jurnal Seni Rupa dan Desain Vol 1, No 14: September-Desember 2011
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/ars.v1i14.2804

Abstract

This article would like to begin a short studyon the term ‘graphic novel’. As we can see, the termis problematic. Most arguments shaped around‘graphic novel’ clearly show that the works havebeen regarded as a part of literature, while theothers have been considered the term as a formof sequential art which has lengthened story. Theaim of this article, then, is to deconstruct the term‘graphic novel’ by pointing out the weaknesses, boththrough the meaning of the term and also by meansof the discourses that have been strengthened withsome episteme built with the essence to justify themeaning of graphic novel amidst the discourses ofsequential art
Subroto Sm. dan Konvensi Dalam Seni Rupa Rain Rosidi
Ars: Jurnal Seni Rupa dan Desain Vol 1, No 14: September-Desember 2011
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/ars.v1i14.140

Abstract

Banyak pendapat yang menyatakan bahwa dosen seni rupa di ISI Yogyakarta tidak dapat berperan secara maksimal sebagai seorang seniman. Secara sosial, fungsi pendidik seni ditempatkan sebagai bagian dari struktur support yang mempersiapkan mahasiswa seni menjadi calon seniman.  Fungsi ini mengurangi kesempatan seorang dosen seni untuk merintis karir kesenimanannya sendiri. Karir seniman perupa mempunyai sifat khusus yang berbeda dengan karir di bidang lain, karena karir di bidang ini susah diukur tingkat profesionalitas kerjanya, batasan waktu kerja, ruang kerja, dan jangkauan karirnya di masyarakat secara luas. Dosen seni harus mengadakan pertemuan-pertemuan belajar mengajar dengan mahasiswanya di kelas atau studio, dan juga segala aktivitas sebagaimana dosen bidang lainnya, sementara untuk menjadi seniman, dia juga harus menyisihkan waktunya bekerja di rumahnya untuk membuat karya seni. Diluar proses produksi karya, seorang seniman juga dituntut untuk selalu mengeksplorasi kreativitasnya dengan mencari bentuk-bentuk dan gagasan-gagasan baru. Proses penciptaan karya seni memerlukan waktu dan konsentrasi tinggi dari pelakunya. Kendala waktu menjadi salah satu alasan kuat yang membatasi peluang mereka menjadi seniman yang utama atau yang sering disebut sebagai “full time artist”. Pada kenyataannya, terdapat sebagian kecil dosen yang dengan kemampuan yang dimilikinya tetap mengambil bagian dari medan sosial seni utama di Indonesia. Mereka berkarya di sela-sela waktu luang mengajar disisihkan untuk membuat karya seni. Persoalan biaya hidup menjadi masalah yang sudah terselesaikan, walaupun pada akhirnya para dosen yang seniman juga mengalami kesulitan pendanaan untuk membuat karya yang berbiaya tinggi.
Garis Dalam Seni Patung Mr. Soewardi
Ars: Jurnal Seni Rupa dan Desain Vol 1, No 14: September-Desember 2011
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/ars.v1i14.137

Abstract

Line is an element commonly found in any kind of visual arts, both two and three dimensional forms such as painting and sculpture for instance. But basically there’s a different visualization between lines  in painting and lines in sculpture caused by the nature of the dimension. So it leads to the different  way of treating them. This essay is to analyze, mainly, the lines in sculpture relating to its formal structure which covers several types of style.Keywords: line, sculpture
Melihat Lomba Estetika Keris Nasional, MengIngat Kriya Seni M. Dwi Marianto
Ars: Jurnal Seni Rupa dan Desain Vol 1, No 14: September-Desember 2011
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/ars.v1i14.141

Abstract

This article is the result of a further research on the phenomenon of kris (Java traditional dagger),  a material presented in the discussion held in the Kris Aesthetics National Competition. It studied  this phenomenon appearing in daily life. Kris is very often misunderstood so that its potential to be the icon of Nusantara society remains uncovered. There are three points deliberated in this article, namely 1) Creative education, promotion, and socialization needed to endorse the kris industry  and its artistic value elevation; 2) An opportunity to set Kris in a new position not only as a mystical object but also as an aesthetic object; 3) The role of social institutions, higher education institutions on art-including ISI Yogyakarta (Indonesia Institute of the Arts Yogyakarta), and the public in developing the knowledge, the education and the practice of keris making with the spirit of innovation and contextuality. Those three things are important to be reviewed considering that UNESCO has announced kris as a world heritage.Keywords: kris, UNESCO, ISI Yogyakarta
Berpikir Tentang Garis, Mengolah Garis Jadi Seni Yulriawan Dafri
Ars: Jurnal Seni Rupa dan Desain Vol 1, No 14: September-Desember 2011
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/ars.v1i14.138

Abstract

Line is a crucial part of human life that is inseparable from the society. The significance of line can be viewed from various angles. It can be scrutinized based on its form and the point of view used in the analysis. In real life, line can be classified into two big classes: those that are natural- they exist naturally and those that are resulted from creative thinking process of human. Line is a vehicle by which an artist expresses himself and actualizing his ideas to be understood and appreciated as a work of art.Keywords: line, creating line, expression, art

Page 1 of 1 | Total Record : 9